Kulit Putih Menjadi Standar “Cantik” Remaja Indonesia

by - December 20, 2018


Sebanyak satu dari empat remaja putri Indonesia lebih memilih memiliki kulit putih dibandingkan perasaan bahagia.

“Siapa sih yang enggak mau kulitnya putih dan cerah, apalagi sekarang lagi demam K-Pop. Semua cewek pasti ingin kulitnya seperti personel girlband Korea.” kata seorang gadis bernama Bella yang saat ini duduk di bangku SMA.

Sejak SMP, Bella mulai memberikan perhatian lebih untuk kulit wajahnya. Saat itu, ia tidak puas dengan kulitnya gelap dan kusam. Teman-temannya sering meledek keadaan kulitnya tersebut. Bahkan keluarganya juga sering menjadikan kulit gelap Bella sebagai bahan bercanda. Tumbuh di lingkungan seperti itu membuatnya merasa minder dengan penampilannya.

Bella kemudian mencari tahu bagaimana cara membuat kulitnya lebih putih dan cerah. Ia mulai memakai krim pemutih, masker wajah, dan produk kecantikan lainnya. Ia tidak mempedulikan kualitas dan bahan yang terkandung dalam produk yang ia pakai, asalkan bisa membuat kulitnya putih. Tak jarang gadis tersebut mengalami iritasi, tetapi hal ini tidak menyurutkan semangat Bella mencari krim pemutih lain yang cocok dengan kulitnya. Alasannya melakukan semua itu hanya satu, yaitu agar ia merasa lebih cantik.

Bella hanya salah satu remaja putri Indonesia yang merasa bahwa seorang dianggap cantik kalau ia memiliki kulit yang putih, bersih, dan cerah. Menurut survei ZAP Beauty Index 2018, 71,1 persen responden  berusia di bawah 18 tahun menganggap bahwa “cantik” berarti memilik kulit bersih, cerah, dan glowing.

Sebesar 24,6 persen responden mengatakan bahwa mereka lebih mementingkan memiliki kulit putih ketimbang merasa bahagia. Jika digeneralisasi, jumlah orang yang memiliki pemikiran tersebut setara satu dari empat remaja putri Indonesia.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keinginan remaja memiliki kulit putih. Berdasarkan hasil survei terhadap 50 remaja putri (usia 13-18 tahun) yang berdomisili di Jabodetabek, faktor yang menempati peringkat teratas adalah public figure dan peer pressure. Masing-masing memiliki persentase yang sama, yaitu 26,9 persen. Kemudian disusul oleh iklan kecantikan sebesar 23 persen, dan keinginan diri sendiri sebesar 15,4 persen.

Faktor public figure dan iklan kecantikan memiliki kaitan satu sama lain. Aquarini Priyatna dalam bukunya yang berjudul Becoming White, menunjukkan bahwa obsesi terhadap kulit putih dibentuk oleh industri. Hal ini dimulai saat iklan-iklan sabun menghadirkan artis-artis blasteran Eropa yang memiliki kulit putih. Penggambaran wanita dalam iklan tersebut kemudian membentuk persepsi kecantikan di masyarakat.

Tidak hanya media, peer pressure atau tekanan pertemanan juga menjadi salah satu faktor pengaruh. Responden mengatakan bahwa berada di antara teman-teman yang memiliki kulit putih membawa tekanan pada diri mereka. Para remaja tersebut menjadi tidak ingin kalah “cantik”. Beragam usaha dilakukan untuk mencapainya. Mulai dari melakukan tips-tips mencerahkan wajah, memakai makeup, perawatan di klinik kecantikan, hingga memakai krim pemutih.

Menerima Diri Sendiri dengan Body Positivity

Definisi tubuh ideal, termasuk kecantikan diturunkan dari generasi ke generasi. Tidak sedikit orang yang ingin mengubah fisiknya agar sesuai dengan gambaran yang ideal di masyarakat, seperti yang dilakukan para remaja tersebut. Untuk meruntuhkan pakem standar kecantikan ini, muncullah istilah bodypositivity yang kini berubah menjadi gerakan sosial.

Desainer busana berprinsip body positivity, Mallorie Dunn mengatakan gerakan sosial tersebut mengajak kita untuk belajar menerima tubuh beserta segala perubahan bentuk, ukuran, dan kemampuan seiring bertambahnya usia. Body positivity mendorong semua orang untuk memiliki penilaian positif mengenai tubuh mereka.

Menurut co-founder dari thebodypositive.org, Connie Sobczak, terdapat beberapa prinsip body positivity yang dapat ditanamkan ke diri sendiri. Yang pertama adalah bertanggung jawab untuk mencari tahu kebutuhan tubuh dan memenuhinya. Selain itu, seseorang juga harus mampu menyeleksi pesan dari orang lain mengenai tubuh mereka. Jangan sampai komentar orang lain menurunkan rasa percaya diri.

Tidak ada standar yang bisa mendefinisikan kecantikan karena sifatnya yang relatif. Dengan belajar menerima diri sendiri, seseorang akan menemukan kenyamanan dan merasa puas dengan tubuh dan dirinya. Inti dari body positivity adalah menjadi nyaman dan bahagia akan diri sendiri.



Tags: ZAP Beauty Index, Body Positivity, Kulit Putih, Kecantikan, Remaja



Penulis : Izza Namira

You May Also Like

1 komentar

  1. Sejatinya wanita Indo itu kan kulit nya kuning langsat. Seharusnya Wanita Indo bangga dengan itu, coz bule bule datang ke panti Indo, berjemur ber jam jam demi dapat kulit seperti wanita Indo.

    |vitamin b kompleks untuk menambah berat badan|

    ReplyDelete