Kulit Putih Menjadi Standar “Cantik” Remaja Indonesia
Sebanyak
satu dari empat remaja putri Indonesia lebih memilih memiliki kulit putih
dibandingkan perasaan bahagia.
“Siapa sih yang enggak mau kulitnya putih dan cerah, apalagi sekarang lagi
demam K-Pop. Semua cewek pasti ingin
kulitnya seperti personel girlband
Korea.” kata seorang gadis bernama Bella yang saat ini duduk di bangku SMA.
Sejak SMP, Bella mulai
memberikan perhatian lebih untuk kulit wajahnya. Saat itu, ia tidak puas dengan
kulitnya gelap dan kusam. Teman-temannya sering meledek keadaan kulitnya
tersebut. Bahkan keluarganya juga sering menjadikan kulit gelap Bella sebagai
bahan bercanda. Tumbuh di lingkungan seperti itu membuatnya merasa minder
dengan penampilannya.
Bella kemudian mencari tahu
bagaimana cara membuat kulitnya lebih putih dan cerah. Ia mulai memakai krim
pemutih, masker wajah, dan produk kecantikan lainnya. Ia tidak mempedulikan
kualitas dan bahan yang terkandung dalam produk yang ia pakai, asalkan bisa
membuat kulitnya putih. Tak jarang gadis tersebut mengalami iritasi, tetapi hal
ini tidak menyurutkan semangat Bella mencari krim pemutih lain yang cocok
dengan kulitnya. Alasannya melakukan semua itu hanya satu, yaitu agar ia merasa
lebih cantik.
Bella hanya salah satu
remaja putri Indonesia yang merasa bahwa seorang dianggap cantik kalau ia
memiliki kulit yang putih, bersih, dan cerah. Menurut survei ZAP Beauty Index 2018, 71,1 persen responden berusia di bawah 18 tahun menganggap bahwa
“cantik” berarti memilik kulit bersih, cerah, dan glowing.
Sebesar 24,6 persen
responden mengatakan bahwa mereka lebih mementingkan memiliki kulit
putih ketimbang merasa bahagia. Jika digeneralisasi, jumlah orang yang memiliki
pemikiran tersebut setara satu dari empat remaja putri Indonesia.
Terdapat beberapa faktor
yang mempengaruhi keinginan remaja memiliki kulit putih. Berdasarkan hasil
survei terhadap 50 remaja putri (usia 13-18 tahun) yang berdomisili di
Jabodetabek, faktor yang menempati peringkat teratas adalah public figure dan peer pressure. Masing-masing memiliki persentase yang sama, yaitu
26,9 persen. Kemudian disusul oleh iklan kecantikan sebesar 23 persen, dan keinginan
diri sendiri sebesar 15,4 persen.
Faktor public figure dan iklan kecantikan memiliki kaitan satu sama lain.
Aquarini Priyatna dalam bukunya yang berjudul Becoming White,
menunjukkan bahwa obsesi terhadap kulit putih dibentuk oleh industri. Hal ini
dimulai saat iklan-iklan sabun menghadirkan artis-artis blasteran Eropa yang
memiliki kulit putih. Penggambaran wanita dalam iklan tersebut kemudian
membentuk persepsi kecantikan di masyarakat.
Tidak hanya media, peer pressure atau tekanan pertemanan juga
menjadi salah satu faktor pengaruh. Responden mengatakan bahwa berada di antara
teman-teman yang memiliki kulit putih membawa tekanan pada diri mereka. Para
remaja tersebut menjadi tidak ingin kalah “cantik”. Beragam usaha dilakukan
untuk mencapainya. Mulai dari melakukan tips-tips mencerahkan wajah, memakai makeup, perawatan di klinik kecantikan,
hingga memakai krim pemutih.
Menerima
Diri Sendiri dengan Body Positivity
Definisi tubuh ideal,
termasuk kecantikan diturunkan dari generasi ke generasi. Tidak sedikit orang
yang ingin mengubah fisiknya agar sesuai dengan gambaran yang ideal di
masyarakat, seperti yang dilakukan para remaja tersebut. Untuk meruntuhkan
pakem standar kecantikan ini, muncullah istilah bodypositivity yang kini berubah menjadi gerakan sosial.
Desainer busana berprinsip body positivity, Mallorie Dunn
mengatakan gerakan sosial tersebut mengajak kita untuk belajar menerima tubuh
beserta segala perubahan bentuk, ukuran, dan kemampuan seiring bertambahnya
usia. Body positivity mendorong semua
orang untuk memiliki penilaian positif mengenai tubuh mereka.
Menurut co-founder dari thebodypositive.org,
Connie Sobczak, terdapat beberapa prinsip body
positivity yang dapat ditanamkan ke diri sendiri. Yang pertama adalah
bertanggung jawab untuk mencari tahu kebutuhan tubuh dan memenuhinya. Selain
itu, seseorang juga harus mampu menyeleksi pesan dari orang lain mengenai tubuh
mereka. Jangan sampai komentar orang lain menurunkan rasa percaya diri.
Tidak ada standar yang bisa
mendefinisikan kecantikan karena sifatnya yang relatif. Dengan belajar menerima
diri sendiri, seseorang akan menemukan kenyamanan dan merasa puas dengan tubuh
dan dirinya. Inti dari body positivity
adalah menjadi nyaman dan bahagia akan diri sendiri.
Tags: ZAP Beauty Index, Body Positivity, Kulit Putih,
Kecantikan, Remaja
1 komentar
Sejatinya wanita Indo itu kan kulit nya kuning langsat. Seharusnya Wanita Indo bangga dengan itu, coz bule bule datang ke panti Indo, berjemur ber jam jam demi dapat kulit seperti wanita Indo.
ReplyDelete|vitamin b kompleks untuk menambah berat badan|