New Year's Resolution, Should I?
Resolusi tahun baru itu hanya buang-buang waktu dan tenaga. Setidaknya itu yg ada di pikiranku selama ini. Di saat semua orang nulis “Resolusi Tahun Ini” di notes mereka setiap tahun atau bahkan bela-belain beli notes dan pulpen baru untuk itu, aku ngga pernah bikin resolusi beberapa tahun terakhir ini.
Kalau mau diceritain, sebenarnya aku punya beberapa alasan (yes you can called it excuses). Tapi alasan paling utama adalah “aku takut”. I just found out and admitted this fear in the last few days.
Coba perhatiin resolusi yg kamu buat deh, jika ditarik satu benang merah, isinya pasti target, tujuan, dan semua yang pengen kamu capai dalam satu tahun kan?
Jujur membicarakan hal-hal itu bikin aku terintimidasi. Because i know I don’t have an exact direction in my life. Untungnya aku tahu apa yg aku lakukan sekarang dan apa yg ingin aku lakukan secara garis besar. Tapi kalau disuruh nyebutin “bakal jadi apa kamu 5 tahun lagi? Atau bahkan di tahun depan?”
....
I don’t know.
Pertama in my opinion, bikin resolusi berarti kita menempatkan diri sebagai orang yg kurang. Makanya kita ingin menjadi atau mencapai gambaran diri ideal yg tercermin dari target di resolusi.
This thought will make you (or is it just me?) feel lacking in all the way possible. Aku merasa kurang, ngga produktif, dan bertanya-tanya kenapa aku belum bisa mencapainya padahal aku punya banyak waktu di tahun sebelumnya.
Itu adalah ketakutan pertamaku tentang resolusi. Don’t get me wrong, aku percaya resolusi bakal bikin kita termotivasi untuk mencapai apa pun itu yg kita harapkan. Tapi di sini muncul ketakutan lain.
Gimana kalau nanti aku ngga bisa konsisten dan anget-anget di awal doang?
Pikiran ini pasti bakal bikin aku merasa bersalah dengan diri sendiri nantinya. Dan ketakutan berikutnya mungkin dirasakan semua orang.
Gimana kalau ngga tercapai? Apa yg akan aku rasakan?
Apakah kecewa? Pasti. Menyalahkan diri sendiri? Iya. Menyesal? Mungkin.
Jadi itu beberapa alasan kenapa aku menghindari resolusi awal tahun. Aku akui mungkin terdengar seperti pengecut.
Tapi di dua hari pertama 2021 ini aku baca-baca banyak artikel dan nonton video tentang new year resolution dan segala tetek bengeknya. Dan ini bener-bener kasih aku insight baru, sih.
Pertama, ternyata bukan hanya aku yg merasa takut dan lacking karena resolusi. Banyak orang di luar sana yg merasakan hal yg sama. Tapi ada juga lho orang yg bikin resolusi sesimpel karena ngga mau dicap macem-macem sama orang lain. I know, peer pressure sucks my friend, i felt that too.
Di antara semua insight yg aku dapetin dari orang-orang, ada satu yg memantik aku untuk berpikir “bikin aja kali ya tahun ini?”. Dari video Rowena Tsai, aku paham ternyata resolusi bukan melulu tentang target, ambisi, impian, dan lain sebagainya.
Resolusi juga mencakup mindset yang mau kita bawa dan pakai sebagai pendekatan untuk ‘menulis’ di lembaran baru. Menuliskan mindset sebagai resolusi menurutku lebih masuk akal sesuai buat diriku. Sebenarnya ini bukan hal baru, tapi ini bikin aku sadar dan ter-trigger buat bikin.
Kalau aku diminta untuk kasih contoh, aku bakal bagi resolusi ini jadi dua. Pertama, mindset yg ingin dibuang dari tahun lalu. Kedua, pikiran seperti apa yg mau di-develop tahun ini.
For me, in the first part I’d like to add:
Prasangka terhadap orang lain
Too much thinking but not doing it
Tapi buat di bagian kedua, aku pengen deep talk dan refleksi dulu sama diri sendiri. Aku pengen tahu apa sih yg aku pengenin dan sekalian introspeksi biar aku bisa berkembang dengan baik tahun ini.
But the most important part about resolution that I’ve learned is, you have to do it because of yourself. Not because of the others. Don’t make resolution if you do it under the pressure of other people.
Karena menurutku, yg paling penting dari resolusi adalah kamu harus jujur dengan diri sendiri.
0 komentar