Mendongeng Antikorupsi ala FLAC Jakarta

by - December 20, 2018


Ramai suara anak kecil mengisi satu ruang kelas SDN 1 Tugu pada Sabtu pagi itu. Tidak seperti hari sekolah biasa, mereka sedang duduk bersila di lantai ruang kelas. Namun yang berada di depan kelas bukanlah seorang guru, melainkan beberapa pemuda yang sedang memainkan boneka tangan.

“Siapa yang mau dengar dongeng angkat tangan?” tanya mereka.
“Saya!!!” anak-anak pun menjawab dengan kompak
                                             
Para pemuda tersebut pun mulai mendongeng. Cerita yang mereka bawakan bukanlah dongeng yang kita kenal pada umumnya. Mereka sendiri yang membuatnya. Berbekal cerita dan boneka tangan, ada satu tujuan yang ingin mereka capai, yaitu menanamkan nilai antikorupsi sejak dini.
                                                                               
Para pemuda yang berasal dari berbagai perguruan tinggi di Jakarta dan sekitarnya tersebut tergabung dalam satu komunitas bernama Future Leader for Anti-Corruption (FLAC) Jakarta. Komunitas yang berdiri sejak tahun 2015 ini merupakan komunitas pertama di dunia yang menggunakan metode mendongeng sebagai cara melawan korupsi. Target sasaran mereka adalah anak-anak berusia 6 hingga 15 tahun.

“Sebenarnya ada tuh KPK bikin kurikulum anti korupsi untuk anak, remaja hingga dewasa, akan tetapi yang berjalan baru yang dewasa saja. Nah di situlah kami ambil celah untuk ambil bagian dalam mengedukasi anak-anak hingga remaja,” papar Jiwo Damar Anarkie, pendiri FLAC Jakarta, dilansir dari komunita.id. Menurutnya, korupsi tidak hanya terbatas tentang masalah uang, tetapi korupsi dapat tumbuh mulai dari hal-hal kecil seperti berbohong dan mencontek.

Terdapat sembilan nilai antikorupsi yang ingin ditanamkan FLAC Jakarta. Dilansir dari laman KPK RI, sembilan nilai tersebut terdiri dari kejujuran, kepedulian, kemandirian, keadilan, tanggung jawab, kerja sama, kesederhanaan, keberanian, dan kedisiplinan. Setiap cerita yang mereka suguhkan kepada anak-anak pun disisipi nilai-nilai tersebut.

Kegiatan mendongeng FLAC Jakarta ini dinamakan Laskar Anti Korupsi (LAK). Dalam setahun LAK diselenggarakan dua kali, masing-masing periode berlangsung selama dua minggu berturut-turut di hari Sabtu. Untuk melaksanakannya, mereka dibantu oleh relawan pengajar yang direkrut dari kalangan mahasiswa. Para relawan ini dibekali dengan konsep pengajaran ala FLAC Jakarta, yaitu metode mendongeng.

Sekretaris FLAC Jakarta, Claudya Putri Dewanti memaparkan bahwa metode mendongeng dianggap paling efektif karena tidak terkesan menggurui. “Kalau metode presentasi dan diskusi yang serius diterapkan untuk anak, kami rasa belum bisa diterima. Anak cenderung lebih bisa diajak berinteraksi dengan hal yang relate dengan kesehariannya,” ujarnya.

Cerita yang disuguhkan adalah cerita pendek dengan tokoh binatang. Agar anak-anak tidak bosan, saat mendongeng, para relawan memainkan aneka boneka tangan yang sesuai dengan tokoh ceritanya. Tokohnya pun bermacam-macam, mulai dari beruang, gajah, kelinci, sapi, dan lain-lain.

Kisah Sapei dan Momon adalah cerita yang disampaikan untuk anak-anak SDN 1 Tugu Sabtu itu. Sapei adalah seekor sapi sedangkan Momon adalah seekor monyet. Momon yang kehausan mengajak Sapei untuk mengambil jambu milik Kakek Otan. Singkat cerita, mereka terenyuh dengan kebaikan hati Kakek Otan yang malah memberikan jambu tersebut dengan ikhlas untuk mereka.

Sesi mendongeng tidak berakhir begitu saja. Setelahnya, anak-anak diajak berdiskusi mengenai tokoh mana yang berperilaku baik dan buruk, tindakan apa yang patut diteladani, hingga bagaimana mereka bisa menerapkan tindakan tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Cara ini dilakukan untuk memicu anak-anak berpikir sehingga mereka menemukan nilai yang terkandung dalam cerita dengan sendirinya dan bisa memilah-milah mana yang baik dan mana yang buruk.

Anak-anak menyambut kegiatan FLAC Jakarta ini dengan antusias. Mereka aktif menjawab dan bertanya kepada para pengajar mengenai dongeng yang disampaikan. “Bahkan waktu pengajar mau pulang, mereka menarik-narik kami minta kami untuk datang lagi minggu depan,” ujar Syella, salah satu relawan FLAC Jakarta.

Antusiasme anak-anak dan tujuan besar yang ingin mereka wujudkan untuk negeri adalah alasan mengapa FLAC Jakarta tetap melanjutkan langkah mereka. Komunitas ini bukanlah satu-satunya komunitas antikorupsi yang ada di Indonesia. Namun merekalah inisiator gerakan antikorupsi dengan metode yang berbeda dari para pendahulunya.



* Artikel ini adalah tugas mata kuliah Teknik Penulisan Kreatif  dan dimuat dalam Tabloid FOKUS, tugas Produksi Media Cetak.

Penulis : Izza Namira

You May Also Like

0 komentar